Menemukan Kembali Indonesia
SUKIDI, Pemikir Kebinekaan Di tengah keprihatinan bersama tentang masa depan bangsa, kita perlu menemukan kembali Indonesia sesuai dengan apa yang diimpikan Soekarno (1955) sebagai “negara milik kita semua”. Karakter negara yang inklusif ini membuka peluang yang setara kepada setiap warga untuk mendarmabaktikan berbagai pemikiran terbaiknya tentang Indonesia yang didirikan oleh
Negara, Tuhan, dan Kesetaraan
SUKIDI, Pemikir Kebinekaan Tantangan keagamaan yang eksklusif dan diskriminatif menuntut pembaruan komitmen kita untuk menegakkan Indonesia sebagai negara ketuhanan yang inklusif dan setara. Ketuhanan menjadi konsensus para pendiri bangsa untuk mendirikan Indonesia sebagai negara religius yang menjamin hak berkeyakinan secara setara kepada setiap warga. “Indonesia,” kata pendiri bangsa, Soekarno, pada
Negara, Kemanusiaan, dan Belas Kasih
SUKIDI, Pemikir Kebinekaan Di tengah ketidakpastian, kesenjangan, dan penderitaan, politik semakin jauh dari hajat hidup rakyat. Alih-alih mewujudkan hajat kemanusiaan yang universal, politik justru mempertajam konflik dan polarisasi sosial. Konsekuensinya, masyarakat kita tidak hanya terpisahkan dan teralienasi satu dengan yang lain, tetapi juga terlibat jauh pada kebencian dan permusuhan antarsesama
Muhammadiyah, Kemanusiaan, dan Keindonesiaan
SUKIDI, Pemikir Kebinekaan Jauh dari kegaduhan penundaan pemilu yang bergerak di simpang jalur konstitusi, papan nama “Pusat Dakwah Muhammadiyah Tampo” dan “Pimpinan Aisyiyah Ranting Tampo” di Jawa Timur justru digergaji, lalu dirobohkan. Tak terdengar suara dari pemimpin republik ini untuk hanya mengecam perilaku tak terpuji itu. Padahal, praktik persekusi yang
Mas Pipin, Beristirahatlah dalam Damai
Erros Djarot, Aktivis, Politisi, Seniman Subuh dini hari, Senin, 28 Februari 2022, berita meninggalnya Arifin Panigoro, Mas Pipin, saya terima dengan rasa duka yang sangat dalam, walau masih sulit menerimanya sebagai suatu kenyataan. Kepastian akan berita duka ini saya terima langsung dari Mbak Isis, istri almarhum. Seketika itu pula, dalam