Fachrurozi
Anda mungkin terkejut, bahkan bisa jadi tertawa, saat pertama kali mendengar penjelasan tentang pohon Yukari. Bagaimana tidak, pohon yang kerap diabaikan lantaran dianggap mahluk hidup biasa saja begitu mendapat posisi terhormat di Jepang, terutama pada diri Tomoko Watanabe, aktivis perdamaian dan lingkungan dari ANT-Hiroshima. Di Jepang, seperti manusia, pohon juga dihitung sebagai korban.
Watanabe meminta saya menyentuh Yukari, mengelus, dan mendengarkan rintihannya. Berkali-kali Watanabe meminta kali melakukannya. Dia ingin saya dan teman-teman merasakan nestapa yang menimpa Yukari.
Dengan sangat ekspresif dan detail, Watanabe menjelaskan dua pohon yang masih hidup sampai sekarang setelah dihantam bom atom sejarak 740 meter dari pusat ledakan. Lokasinya di area Kastil Hiroshima. Hanya sebelah tubuhnya yang hancur terkena radiasi, sisanya tetap tumbuh, meski harus doyong ke depan.
Pohon Yukari adalah satu dari 160 pohon di saentero Hiroshima yang tak tumbang dihantam bom atom. Kata Watanabe, Yukari adalah pohon yang sabar dan tabah. Radiasi yang menjalar ke pohon ini membuat Yukari tak lagi tumbuh beraturan. Mestinya pohon ini berdiri tegak, meninggi, dan tak banyak cabang. Itu karakteristiknya. Tapi jenis Yukari yang saya lihat benar-benar beda. Sungguh tak beraturan.
Kalau dilihat dari dekat, nampak sekali lubang-lubang di sekujur Yukari, seperti kanker kalau diibaratkan sakit pada manusia. Yukari adalah pohon kuat dan tabah. Meski sakit, dia berusaha tetap tumbuh, memberi oksigen kepada manusia. Kini usianya sudah 75 tahun sejak pengeboman 6 Agustus 1945 silam.
Yukari yang tumbuh hingga kini memberi isyarat kepada manusia yang menziarahinya: semacam ingatan bagi kita semua untuk berkomitmen menyebarkan rahmat kepada sesama, berhenti berperang, dan menyetop hasrat untuk menguasai yang lain.
Yukari adalah isyarat nyata kepada manusia untuk terus menganjurkan perdamaian.